Ngajar Ngaji Ketika Ramadhan
Saya mahasiswi yang menempuh pendidikan di kota Malang,
lumayan jauh dari kota asal saya di Bandung. Kini sedang mendapat liburan yang
super duper panjang, 4 bulan kurang. Karena satu dan lain hal liburan saya di
Bandung hanya 1,5 bulan. Nanggung buat cari kerjaan untuk mengisi liburan.Sehingga hambar sekali rasanya liburan saya
ini terlebih ketika ramadhan seperti saat ini. Hanya berdiam diri, membantu
memberishkan rumah dan sesekali nongkrong bersama teman masa SMA. Tak seperti
dulu ketika SMA, rasanya ketika itu ramadhan saya berarti dan bermanfaat buat
orang sekitar.
Dulu ketika SMA di sekolah saya
setiap ramadhan diadakan kegiatan mengajar di masjid-masjid sekitar sekolah. Kegiatan
ini mirip KKN nya anak kuliahan tapi ini dilakukan bocah SMA yang
baru beranjak dewasa. Kegitan tersebut bernama Muballigh Hijrah. Semua murid
dari kelas X SMA hingga kelas XII SMA diikutsertakan dalam program tahunan
sekolah ini. Sebelum diterjunkan ke masyarakat kami dibina beberapa hari untuk
lebih memantapkan ilmu untuk turut berdakwah langsung ke masyarakat sekitar. Kegiatan
ini berlangsung selama dua pekan yang diakhir kegiatan ditutup dengan
lomba-lomba antar murid-murid binaan. Setelah pembinaan, kami dibagi ke dalam
beberapa kelompok sesuai dengan jumlah masjid binaan sekolah. Setiap kelompok
terdiri dari 8 sampai 10 orang. Lebih dari 15 masjid yang akan siswa dan siswi
bina. Karena sekolah saya berada di Desa Ciburial jadi lokasinya sekitar Desa
Ciburial Dago Atas sekitar sekolah dan juga Desa Mekarsaluyu, Bandung.
Setiap kelompok terdiri dari setiap
kelas, biasanya anak-anak kelas XII yang paling tua menjadi ketua dikelompok
masing-masing. Selain itu pengelompokan antara laki-laki dan perempuan dipisah.
Perempuan ditempatkan didaerah yang tempatnya dekat dekat sekolah, siswi-siswi
pun hanya mengajar setiap sore jadi mereka tetap kembali ke rumah masing-masing
sepulangnya dari mengajar. Sedangkan lai-laki tempatkan di lokasi yang lebih
jauh dari sekolah. Para siswa diwajibkan menginap di lokasi dimana mereka di
tempatkan. Ada yang tinggal di masjid atau menginap di rumah warga sekitar. Karena
ditempatkan di desa-desa pegunungan yang jauh dari kota, para siswa biasanya
turut membantu warga yang kebanyakan mata pencahariannya bertani. Kegiatan para
siswa jauh lebih menarik dan pastinya jauh lebih menantang. Kegiatan mereka
dimulai dari shubuh membangunkan warga shahur, pagi hari hingga siang mereka
membantu warga bertani, di beberapa masjid pada siang hari biasanya ibu-ibu bertadarus
yang juga didampingi para siswa, kemudian sore dan malam hari mengajar anak-anak
juga remaja-remaja binaan.
Siswa-siswi biasanya mengikuti jadwal atau
kegiatan yang biasanya dilakukan di masjid binaan. Adapun program tambahan
biasanya sesuai dengan kreativitas siswa dan siswi masing-masing. Semua aktivitas
dinilai baik perorangan maupun perkelompok. Kinerja kelompok tak hanya dinilai
dengan reward kelompok terbaik tapi dengan perolehan kemenangan murid-murid
binaannya di setiap lomba yang diadakan di pekan terakhir kegiatan mubaligh
hijrah.
Saya sendiri selama tiga tahun
mengikuti kegiatan tersebut banyak belajar. Kami layaknya guru dan pendakwah yang langsung turun ke
masyarakat. Setiap hari kami memulai kegiatan dengan sholat ashar bersama dan
belajar baca tulis Al-Quran, setelah murid binaan mendapat giliran membaca
al-Quran atau Iqra biasanya langsung di arahkan untuk belajar menulis apa yang
telah dia baca. Selain membacanya murid-murid pun bisa menulis dan memiliki
tulisan arab yang bagus karena seringnya dilatih. Pembagian pengajaran pun
betul diperhatikan oleh siswa-siswi, bagi yang sudah lancar membaca Al-quran
akan mengajar Al-quran dan yang belum dipersilahkan mengajar Iqra. Kemudian dilanjut
dengan pelajaran-pelajaran berbau islam, seperti Fiqih, Aqidah Akhlak, Bahasa
Arab dan Bacaan do’a sehari-hari dll. Setiap siswa-siswi mendapat giliran
mengajar, jadi semua mendapat pengalaman yang sama dan tak ada yang menjadi
dominan. Sama halnya ketika pembagiaan untuk membina murid-murid binaan guna
mengikuti lomba-lomba. Setiap anak membina beberapa anak untuk satu lomba. Ada beberapa
lomba yang biasanya dilombakan antar masjid binaan, seperti lomba adzan, sholat
berjamaah, cerdas cermat, nasyid, fashion show baju muslim, tahfiz, dan lomba
doa-doa harian.
Tak hanya kegiatan belajar mengajar
saja, kami pun biasanya mengadakan buka bersama dan teraweh bersama. Selain itu
di akhir pekan kami membersihkan masjid bersama. Mengajarkan mencintai
kebersihan pada anak-anak binaan dan membangun kebersamaan melalui bekerja sama
membersihkan masjid. Tak lupa ada kegiatan bakti social dari sekolah yang
tempatnya adalah salah satu dari kampung binaan kami. Semuanya benar-benar
paket komplit yang bermanfaat untuk mengisi ramadhan. Tak sia-sia, justru malah
bermanfaat bagi sesama.
Pengalaman Mubaligh Hijrah itu
benar-benar nggak ada duanya. Ada rasa sayang yang menjalar ketika melihat
anak-anak binaan yang masih kecil dan polos-polos minta di pangku dan dipeluk
ketika kelas berlangsung. Ada kebanggan tak terkira ketika anak didik memenangkan
lomba. Saya pun belajar bahwa setiap anak memang unik dan berbeda cara
menghadapinya. Secara terpaksa memang saya belajar menjadi guru yang baik,
berpenampilan yang layaknya sebagai guru dan bertutur kata dan tingkah laku yang
baik pula. Walau terpaksa, lama-kelamaan rasa itu jadi rasa yang tulus dari
hati. Tulus berbagi kasih sayang dan ilmu pengatahuaan yang sekedarnya saya
miliki. Saya pun terheran-heran ketika melihat teman yang paling jayus dan
kekanak-kanakan dikelas bisa jadi sosok yang tiba-tiba penyayang dan dewasa
seketika ketika ia menggandeng salah satu murid binaannya. Dari situ saya tahu
dia merasakan hal yang sama seperti apa yang saya rasakan.
No comments: