Menuju Bangku Kuliah
![]() |
Dok. Pri |
Foto
ini saya ambil di kampus Universitas Negeri Malang Jalan Surabaya. Kampus
ini tempat dimana saya menimba ilmu. Bisa dibilang kuliah di Malang adalah
suatu keajaiban bagi saya. Saya tak pernah berencana dan memimpikan kuliah di
Malang dengan jurusan yang saya ambil saat ini. Bukan hal yang mudah bagi saya
bisa berfoto di depan kampus ini, ada cerita panjang yang tersimpan dibalik
foto tersebut.
Dari
SMA saya punya impian
untuk kuliah di luar Bandung. Selain karena ingin mencari pengalaman merantau, kebanyakan
kakak-kakak saya sudah duluan nyatri
di Yogyakarta dan Jawa Timur. Jadi ceritanya pengen ikut-ikutan gitu. Padahal setelah
jauh, kangen dengan masakan gratis dan omelan emak di rumah. Impian lainnya, saya
sangat menginginkan masuk di jurusan ilmu komunikasi biar jadi jurnalis ceritanya.
Paling nggak jurusan sastra Indonesia
lah, intinya sih tetep biar jadi jurnalis #kekeuh :D.
Layaknya anak SMA saya berbagi cerita mengenai
masa depan yang gambarannya seakan cerah. Saya bertukar cerita dengan salah
satu teman dekat saya dari TK sampai SMA. Ia ingin masuk jurusan Sastra Inggris, katanya. Teman saya itu memang
sangat senang dengan bahasa
Inggris, bahkan dia sudah menguasai
grammar dengan baik, tidak seperti saya yang hanya belajar english for fun, hanya
senang melihat film barat dan mendengarkan lagu-lagunya saja, grammarnya mah kaga peduli hohoh.
Seiring berjalannya waktu
semua
rencana indah yang telah saya buat seakan
kabur.
Orang tua meminta saya untuk masuk sekolah kedinasan perikanan dengan jurusan Pengolahan di Jakarta. Dengan hati ikhlas
saya turuti kemauan orang tua dengan maksud tak ingin mengecewakan keduanya, toh nggak ada salahnya juga, pikir saya.
Karena
masih ingin memperjuangkan rencana indah saya #teteupp, selain tes di Jakarta, saya pun mengikuti
ujian SBMPTN,
jaga-jaga jika saya tidak lolos di sekolah kedinasan tersebut. Rencana itu pun
baru saya perjuangkan kembali di detik-detik penutupan pendaftaran SMBPTN. Saya
baru membeli nomer pendaftaran di bank pada hari terakhir penutupan, saya pun
masih ingat antrian di bank cukup panjang kala itu. Alhamdulillah saya masih
bisa mendapat nomer pendaftarannya dan segera kembali ke rumah untuk mengisi
berkas-berkas yang mesti di unggah
melalui
internet. Dikarenakan
hari terakhir, jaringan pada saat itu kurang baik sehingga saya pun kesulitan
mengunggah berkas-berkas
pendaftaran. Berkali-kali hasilnya
nihil, hingga terlitas dalam pikiran untuk menyerah karena berkali-kali saya
coba tetap tidak membuahkan hasil. Mungkin bisa dibilang lebay, tapi pada saat
itu pun saya diburu waktu. Berkas harus masuk jam 12 malam sedangkan dari sore
hingga malam jaringan masih error. Keesokan harinya berkas-berkas baru bisa
saya unggah, karena ternyata penutupan diundur beberapa hari kemudian.
Masalah
selanjutnya adalah pemilihan jurusan yang tidak direstui kakak dan ibu saya.
Kakak tertua menyarankan utuk tidak mengambil jurusan komunikasi karena
beberapa alasan. Saya pun memilih pilihan kedua, Sastra Indonesia. Pada saat
itu saya mengemukakan pilihan saya kepada
ibu, beliau
berkata “udah
sekalian aja bahasa inggris, syukur-syukur
nanti kamu bisa sekolah diluar negeri.” Entah mengapa saya hanya menurut saja.
Saya pun berpikir jika itu bukan ide yang buruk, saya cukup menyukai bahasa
inggris. Akhirnya pemilihan universitas dibantu kakak kedua saya dengan pilihan
pertama di Univeritas Negeri Malang. Ujian berlangsung selama dua hari dan
berjalan dengan baik. Saya hanya bisa melakukan yang terbaik dan berdoa
sebanyak-banyaknya pada saat itu.
Tes
di Jakarta diadakan beberapa pekan setelah ujian SBMPTN. Maka beberapa pekan setelahnya saya menjalankan tes di
Jakarta yang diadakan dengan 3 tahap. Setelah semua tes yang cukup panjang saya
jalani hasilnya pun keluar. Ironisnya saya tidak lulus hanya karena tinggi
badan saya kurang mencukupi. Memang sih saya terlalu PD tidak mengukur tinggi badan padahal, kenyataanya saya terlalu merendah
dengan tanah (pendek maksudnya) wkwkwk. Namun, di hari terakhir tes, pengumuman hasil SBMPTN pun keluar. Dua
kenalan saya yang lebih dulu mengecek ternyata tidak lulus, saya pun ikut pesimis dengan nasib saya.
Bersyukurnya saya diterima untuk pilihan pertama yakni di Universitas Negeri
Malang dengan jurusan Sastra Inggris. Saya sampai mengecek beberapa kali untuk
memastikan kebenarannya.
Setelah
mengetahui gambaran tentang
masa depan saya #lebay,
saya segera mempersiapkan segalanya. Saya
berangkat ke Malang untuk pertama kalinya guna melakukan regristrasi ulang di kampus. Saya
berangkat sendiri dari Bandung menggunakan kereta sore hari yang kebetulan saat
itu bulan ramadhan. Pagi harinya entah mengapa badan saya tiba-tiba meriang, karena sudah terlanjur membeli tiket
saya tetap memutuskan untuk pergi dengan badan kurang fit dengan tetap berpuasa. Pagi harinya saya tiba di Malang, di stasiun sudah ada
tante
saya yang menjemput,
kebetulan tante juga
sedang menempuh
studi S3 di kampus yang sama. Saya langsung di antar ke kampus untuk daftar
ulang, tanpa mandi dan membawa tas yang penuh dengan barang-barang. Hasilnya, ketika di kampus hampir semua
mata seakan memadang saya. Tas punggung yang cukup besar dan satu tas selempang
yang seakan kurang pas dengan badan saya yang kecil. Saya hanya berusaha PD
saja walau dengan tampang belum mandi dengan bawaan banyak :D.
Masalah
lain muncul ketika saya belum mendapat indekos, semua nomer dalam
selebaran-selebaran yang saya terima ketika daftar ulang habis saya telpon, tapi tak
membuahkan hasil. Sedangkan beberapa pekan kemudian perkuliahan akan segera
dimulai. Tanpa diduga salah satu sahabat ibu saya memiliki rekan kerja di
Malang, nah rekan kerja sahabat ibu saya itu memiliki sahabat yang dirumahnya
memiliki banyak kamar. Biaya kos-nya pun terbilang murah padahal dengan
fasilitas lumayan wah. Akhirnya, resmilah saya menjadi seorang mahasiwi dan
juga anak kos.
Jika
teringat perjuagan saya hingga bisa kuliah di Malang, saya selalu tak henti
bersyukur dan kadang heran. Manusia hanya bisa berencana tapi tetap rencana
Allah jauh lebih indah. Ingat teman dekat saya, dia akhirnya dipilihkan jurusan
Penyiaran Islam di salah satu universitas di Bandung oleh ibunya, bulan lalu
dia baru praktek disalah satu televisi lokal Bandung. Allah memang sedang
menunjukan keperkasaa-Nya dan juga kasih sayang-Nya. Selain itu saya percaya
bahwa restu orang tua, terlebih seorang ibu memang segala-galanya. Saya merasa
segala urusan saya dimudahkan ketika saya menuruti kehendak orang tua,
ketimbang mengedepankan ego, dan ternyata memang terbukti. Kedepan saya masih
berjuang untuk menyelesaikan studi agar bisa berfoto selfie di depan kampus
dengan memakai toga.
No comments: