Efektif Minimalisir Sampah Dengan Cara Ini
Sudah bukan rahasia jika permasalahan sampah jadi masalah di tiap kota, terutama kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta dan Bandung. Kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah sembarangan maupun gundukan sampah yang menggunung dan bau yang ditimbulkan sampah sendiri menjadi problem yang tak kunjung selesai. Padahal jika kita mau berpikir sejenak, sebenarnya masalah sampah ini bukan jadi tanggung jawab pemerintah saja, tetapi tanggung jawab kita masyakarat. Sudah barang tentu kita ikut bertanggung jawab dan tak lepas tangan dengan permasalahan satu ini. Kita turut menyumbang tiap kilo sampah dan kita pula penyebab menggunungnya sampah di TPA.
Berkaitan dengan pengelolaan sampah, Minggu 19 November 2017 lalu saya berkesempatan hadir di acara Car Free Day bersama BALITBANG PUPR. Di acara ini, BALITBANG memperkenalkan produk-produk dari hasil penelitian yang dilakukan untuk mengatasi beberapa permasalahan lingkungan. Beberapa diantara produk yang disosialisakan adalah ABSAH (Bangunan Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan), ABDULAH (Akuifer Buatan Daur Ulang Air Hujan), RIHSA (Rumah Sehat Bisa Dibangun Dalam 1 Hari), Ecotech Garden, Green Pedestrian, pengolahan limbah jadi aspal, dan pengolahan sampah rumah tangga jadi kompos. Dua inovasi yang menarik bagi saya adalah inovasi yang berkaitan dengan penanggulangan sampah.
Olah Sampah Rumah Tangga Jadi Kompos
Mungkin sudah sangat biasa merubah sampah menjadi kompos. Namun sosialisasi terutama pengolahan sampah rumah tangga menjadi kompos adalah sesuatu yang terus menerus digalakan oleh pemerintah. Ibu Lya Meilany selaku peneliti dari PUSLITBANG Perumahan dan Pemukiman sempat mengungkap bahwa sosialisasi pengolahan sampah pada masyarakat cukup sulit karena masyarakat menganggap sampah bukan bagian dari dirinya padahal sampah justru di produksi oleh masyarakat sendiri. Berbeda dengan sosialisasi mengenai pengolahan air bersih yang jadi kebutuhan masyarakat yang bisa dibilang mulus, upaya pemerintah dalam meminimalisir sampah perlu upaya yang lebih.
Mulai dari pemilahan sampah organik dan non- organik saja bisa dibilang hanya di tempat-tempat umum saja terutama taman. Semantara untuk skala rumah tangga yang justru menyumbang sekitar 50% dari jumlah sampah yang ada, pemilahan sampah terbilang sangat jarang. Padahal pemilahan sampah adalah hal paling mendasar dalam upaya meminimalisir jumlah sampah yang ada. BALITBANG PUPR sendiri memiliki berbagai cara dalam pengolahan sampah rumah tangga dengan hasil akhir kompos. Meski tergolong mudah dan sangat efektif meminimalisir sampah organik skala rumah tangga, sayangnya masih sangat sedikit masyarakat yang melakukan pengolahan sampah menjadi kompos.
Cara Memanfaatkan Sampah Jadi Kompos
Sebelumnya ada beberapa hal yang perlu diketahui agar pengolahan sampah menjadi kompos bisa dikatakan berhasil.
1. Lakukan pemisahan sejak awal antara sampah organik dan non-organik agar pengolahan sampah organik lebih mudah.
2. Sampah yang basah perlu ditiriskan dahulu hingga kadar air mencapai 55% saja.
3. Ukuran sampah tidak boleh terlalu besar kurang lebih panjangnya hanya 5 cm saja agar proses pengkomposan lebih cepat.
4. Waktu yang diperlukan tergantung jumlah sampah dan cara yang dipakai tetapi rata-rata bisa 1 minggu – 3 bulan.
Berikut adalah cara memanfaatkan sampah menjadi komposter pot siap guna :
Pertama, siapkan tempat sebagai pot (wadah tidak terpakai lebih dianjurkan) lalu buat lubang di bawahnya seperti pot pada umumnya.
Kedua, masukan ranting-ranting atau kerikil-kerikil agar ada udara keluar sekaligus sebagai saringan alami.
Ketiga, masukan kompos yang sudah jadi untuk merangsang proses pengomposan agar lebih cepat.
Keempat, masukan jenis tanah apapun lalu masukan sampah organik rumah tangga.
Kelimat, poin ke empat bisa diulang berkali-kali hingga tempatnya penuh. Komposter pot bisa ditutup jika menimbulkan bau, jika tidak tidak perlu ditutup.
Lalu, biarkan bebarapa minggu hingga keseluruhan tanah berubah menjadi hitam.
Kemudian, jika tanah dan sampha sudah berubah dan bercampur menjadi hitam, komposter pot ini sudah menjadi media siap tanam dan bisa langsung diberi bibit tanaman apapun.
Sampah rumah tangga yang menyumbang setengahnya dari jumlah sampah yang ada tentu jadi polemik tersendiri. Beruntungnya masalah sampah rumah tangga yang organik bisa dimanfaatkan menjadi kompos jika masyarakat mau dan benar-benar peduli dengan lingkungannya. Pemanfaatan limbah rumah tangga ini tentu sangat menekan jumlah sampah yang akan dibuang ke TPA. Jika setiap rumah melakukan hal yang sama, sebenarnya kita turut membantu pemerintah dan tentunya membantu menjaga lingkungan tempat hidup kita.
Manfaatkan Sampah Plastik Jadi Campuran Aspal
Jika sampah organik rumah tangga dibuat menjadi kompos, lain hal dengan sampah plastik. Dikenal sebagai sampah yang sangat sulit untuk diurai oleh alam secara natural, BALITBANG PUPR berinovasi memanfaatkan sampah plastik sebagi campuran aspal. Program ini pula yang dikampanyekan BALITBANG ketika merayakan Hari Bakti Pekerjaan Umum yang ke 72 di CFD Dago Bandung. Sekaligus melalukan jalan sehat dari PUSAIR pasar Simpang Dago ke Eduplex, para pegawai BALITBANG dan masyarakat melalukan aksi pungut sampah plastik yang nantinya dijadikan bahan campuran jalan aspal.
Pemanfaatan sampah plastik menjadi campuran jalan tentu memberi manfaat lebih, selain mengurangi jumlah sampah plastik, jalanan yang menggunakan sampah plastik sebagai campurannya terbukti lebih awet dan berumur panjang. Dalam hal ini, bukan berarti masyarakat bebas menggunakan plastik karena sudah ada teknologi penanggulangan sampahnya, tetap saja masyarakat harus melakukan diet ketat penggunaan plastik kresek. Bahkan jika mungkin tidak menggunakan kantong kresek sama sekali dengan membawa tas sebelum belanja demi meminimalisir jumlah pemakaian plastik.
Seperti yang disampaikan oleh Sekertaris BALITBANG PUPR, Hery Vaza bahwa tak lama lagi disetiap 3 kg ikan aka nada 1 kg plastik yang ikut terambil saking banyaknya jumlah sampah plastic yang hanyut ke laut. Jika gaya hidup masyarakat dan mindset nya terhadap penggunaan plastic tidak berubah, “ramalan” tersebut bukan hanya isapan jempol semata tapi sudah menunggu di beberapa tahun kedepan.
Maka dari itu, karena kita yang memproduksi sampah setidaknya kita ikut bertanggung jawab menekan jumlah sampah yang dibuang ke TPA dengan mengolah sampah organik menjadi kompos juga tak lupa untuk diet dalam penggunaan plastik. Kegiatan pengolahaan sampah ini tidak berat jika kita peduli akan lingkungan dan masa depan lingkungan kita untuk generasi yang selanjutnya.
No comments: